Monday, November 9, 2009

makalah psikologi tentang "social learning"

makalah ini adalah tugas dari kakak tingkat saya di jurusan psikologi upi bandung yang saya posting di blog ini. semoga bisa menjadi bahan acuan bagi teman-teman lain yang ingin membuat suatu hal yang berkaitan dengan bahan yang saya post kan ini.


BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Albert Bandura merupakan tokoh yang mengemukakan mengenai teori belajar sosial. Teori ini penting bagi Teori Pembelajaran Sosial. Terletak dalam perkembangan gagasan-gagasannya yang melampaui model-model penguat kelanjutan yang menjadi awal dari teori pembelajaran sosial. Selanjutnya Bandura terus mengembangkan gagasan-gagasannya tentang proses-proses kognitif yang terlibat dalam pembelajaran sosial. Khususnya ditekankan peran pentingnya pengharapan yang dimiliki seseorang tentang sebab akibat perbuatannya.
Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa baik tingkah laku (B), lingkungan (E) dan kejadian-kejadian internal pada pembelajar yang mempengaruhi persepsi dan aksi (P) adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh (interlocking),
Hubungan antara lingkungan, tingkah laku dan kejadian-kejadian internal itu sering kali bersifat kompleks. Pada gilirannya ,konsepsi diri sendiri atau seseorang dipengaruhi oleh tingkah laku atau perilaku yang serupa sehingga prasangka-prasangka tersebut mengalami perubahan atau sebaliknya
Hubungan antara tiga factor tersebut adalah reciprocal diterminism, atau diterminisme timbal balik. Istilah determinisme disini tidak berarti bahwa individu itu ditentukan oleh ‘sebab’ yang sudah ada sebelumnya, tetapi bahwa akibat-akibat yang timbul disebabkan oleh peristiwa yang teerjadi.

B. Tujuan
Tujuannya adalah untuk mengetahui gambaran teori belajar sosial Albert Bandura secara mendetail serta pengaruhnya terhadap pembentukan tingkah laku.




BAB II
ISI

A. Biografi Tokoh
Albert Bandura lahir pada tanggal 4 Desember 1925, di kota kecil Mundare bagian selatan Alberta, Kanada. Dia sekolah di sekolah dasar dan sekolah menengah yang sederhana, dengan fasilitas pendidikan yang sangat terbatas, namun dengan hasil rata-rata yang sangat memuaskan. Setelah selesai SMA, dia bekerja pada perusahaan penggalian jalan raya Alaska Highway di Yukon.
Dia menerima gelar sarjana muda di bidang psikologi dari University of British of Columbia tahun 1949. Kemudian dia masuk University of Lowa, tempat dimana ia meraih gelar Ph.D tahun 1952. Baru setelah itu dia menjadi sangat berpengaruh dalam tradisi behavioris dan teori pembelajaran.
Waktu di Lowa dia bertemu dengan Virginia Varns, seorang instruktur sekolah perawat. Mereka kemudian menikah dan dikaruniai dua orang puteri. Setelah lulus dia meneruskan pendidikanya ke tingkat post-doktoral di Wichita Guidance Center di Wichita, Kansas.
Tahun 1953, dia mulai mengajar di Stanford University. Disinilah dia kemudian bekerja sama dengan salah satu seorang anak didiknya, Richard Walters. Buku pertama hasil kerja sama mereka berjudul Adolescent Aggression terbit tahun 1959. Sayangnya, Walters mati muda karena kecelakaan sepeda motor.
Bandura menjadi presiden APA tahun 1973, dan menerima APA Award atas jasa-jasanya dalam distinguished Scientifik Contribution tahun 1980. Sampai sekarang dia masih mengajar di stanford University.

B. Sejarah Munculnya teori
Dalam perkembangan Psikologi, yang mendapat sebutan mazhab ‘kedua’ adalah karya para ahli yang berhu¬bungan dengan teori Behaviorisme. Teori yang bersifat umum ini dirumuskan oleh John B. Watson (1878-1958) tepat pada peralihan abad ini. Saat itu, Watson adalah seorang guru besar psikologi di Universitas Johns Hopkins. la berupaya menjadikan studi tentang manusia seobjektif dan seilmiah mungkin, karenanya seperti Sigmund Freud, ia berusaha mereduksikan tingkah laku manusia menjadi perkara kimiawi dan fisik semata.
Kini kata ‘behaviorisme’ biasanya digunakan untuk melukiskan isi sejumlah teori yang saling berhubungan di bi¬dang psikologi, sosiologi dan ilmu ilmu tingkah laku meliputi bukan hanya karya John Watson, melainkan juga karya to¬koh tokoh seperti Edward Thorndike, Clark Hull, John Dol¬lard, Neal Miller, B.F. Skinner, dan masih banyak lagi. Para pendahulu aliran pemikiran ini adalah Isaac Newton, yang berhasil mengembangkan metode ilmiah di bidang ilmu ilmu fisik, dan Charles Darwin, yang menyatakan bahwa manusia merupakan hasil proses evolusi secara kebetulan dari bina¬tang binatang yang lebih rendah.
Behaviorisme amat banyak menentukan perkembangan psikologi terutama dalam ekperimen eksperimen. Walaupun Watson sering dianggap tokoh utama aliran ini, tetapi sebenarnya perkembangannya dapat dilacak sampai kepada empirisisme dan hedonisme pada abad XVIII – XVIII.
Aristoteles berpendapat bahwa pada waktu lahir jiwa manusia tidak memiliki apa-apa, ibarat sebuah meja lilin (tabula rasa) yang siap dilukis oleh pengalaman. Dari Aristoteles, John Locke (1632 1704), tokoh empirisme Inggris, meminjam konsep ini. Menurut kaum empiris, pada waktu lahir manusia tidak mempunyai “warna mental”. Warna ini didapat dari pengalaman. Pengalaman satu satunya jalan ke pemilikan pengetahuan. Bukanlah ide yang menghasilkan pengetahuan, tetapi keduanya adalah produk pengalaman. Secara psikologis, ini berarti seluruh perilaku manusia, kepribadian dan temperamen ditentukan oleh pengalaman inderawi (sensory experience). Pikiran dan perasaan, bukan penyebab perilaku tetapi disebabkan perilaku masa lalu.
Behaviorisme lahir sebagai reaksi terhadap introspeksionisme dan juga psikoanalisis. Behaviorisme ingin menganalisis hanya perilaku yang nampak saja, yang dapat diukur, dilukiskan, dan diramalkan. Belakangan, teori kaum behavioris lebih dikenal dengan nama teori belajar, karena menurut mereka seluruh perilaku manusia kecuali instink adalah hasil belajar. Belajar artinya perubahan perilaku organisme sebagai pengaruh lingkungan. Behaviorisme tidak mau mempersoalkan apakah manusia baik atau jelek, rasional atau emosional; behaviorisme hanya ingin mengetahui bagaimana perilakunya dikendalikan oleh faktor faktor lingkungan.
Albert Bandura menambahkan konsep belajar sosial (social learning). la mempermasalahkan peranan, ganjaran, dan hukuman dalam proses belajar. Banyak perilaku yang tidak dapat dijelaskan dengan mekanisme pelaziman dan peneguhan. Bandura menyatakan bahwa belajar terjadi karena peniruan (imitation). Kemampuan meniru respons orang lain, misalnya meniru bunyi yang sering didengar, adalah penyebab utama belajar. Ganjaran dan hukuman bukanlah faktor penting dalam belajar, tetapi faktor yang penting dalam melakukan satu tindakan (performance).

C. Isi Teori
Dalam situasi alami, orang belajar tingkah laku-tingkah laku baru dengan jalan mengamati model model tingkah laku orang lain dan melalui efek-efek perbuatannya sendiri. Proses kognitif menyerap informasi dari bermacam-macam tingkah laku yang diamati. informasi ini kemudian disimpan dalam ingatan yang mungkin kemudian akan diujudkan dalam tingkah laku. Sehubungan dengan itu komponen belajar dapat di bedakan menjadi tiga macam, yaitu :model tingkah laku, akibat-akibat tingkah laku dan proses kognitif.

a. Model Tingkah Laku
Peranan utama model tingkah laku adalah memindahkan informasi kepada pengamat. Peranan ini dapat dirinci menjadi tiga macam, yaitu :
• Sebagai contoh untuk ditiru
• Mnguatkan atau melemahkan ketahanan pengamat terhadap dilakukannya tingkah laku tertentu.
• memindahkan pola-pola tingkah laku baru

Sebagai stimulus, model tingkah laku dapat dibedakan menjadi tiga macam yaitu :
 Model hidup (life modeling), termasuk disini anggota –anggota keluarga, handai tolan, teman sekerja dan sebagainya dengan siapa seseorang mempunyai hubungan langsung. dalam kehidupan sehari-hari seseorang memperoleh informasi dari hubungansosial ini.
 Model simbolik (symbolic modeling), model simbolik adalah gambaran tingkah laku dalam pikiran.dalam kehidupan modern ini media massa merupakan sumber model-model tingkah laku.
 Deskripsi verbal, deskripsi verbal adalah model yang bukan berupa tingkah laku, tetapi berujud intruksi-intruksi, misalkan serangkaian instruksi untuk merakit peralatan.

b. Akibat-akibat atau konsekuensi-konsekuensi tingkah laku
Konsekuensi tingkah laku juga merupakan unsur yang penting dalam teori belajar sosial, yang menyangkut tiga macam reinforcement, yaitu :
 Direc reinforcement, yaitu suatu tipe konsekuensi. peristiwa yang dapat menguatkan tingkah laku baik menyenangkan atau tidak menyenangkan. Misalkan dengan memberikan hadiah kepada seorang anak yang mendapatkan nilai baik.
 Vicarious reinforcement, yaitu konsekuensi yang terkait dengan tingkah laku orang lain yang diamati. Sebagai contoh ialah anak yang melihat temannya berkelahi, karena perbuatan berkelahi itu dipuji oleh teman-taman sekelasnya hal itu merupakan reinforcement yang mengarah dilakukannya perbuatan berkelahi di waktu-waktu yang lain.
Selain itu Vicarious reinforcement, juga berfungsi membangkitkan respons-respons yang bersifat emosional. yang nantinya akan membangkitkan rasa puas, bangga, agung dan sebagainya.
 Self-reinforcement, yaitu konsekuensi yang berhubungan dengan standar tingkah laku pribadi.
Self reinforcement, self reinforcement ia harus secara sadar diusahakan sendiri oleh seseorang.self reinforcement memiliki tiga unsur :
• Standar tingkah laku buatan sendiri
• Kajian-kajian yang memberikan reinforcement dibawah pengendalian sendiri
• Seseorang sebagai pelaku reinforcement sendiri.
Pada umumnya orang membuat standar tingkah laku bagi dirinya sendiri dan cenderung mrespon terhadap tingkah lakunya sendiri dengan cara-cara yang menyenangkan kalau tingkah lakunya sesuai atau melampaui standar tersebut.sebaliknya dia akan merespon dengan car mengkritik diri sendiri kalau tingkah lakunya tidak sesuai dengan standar.

c. Proses Kognitif
Dalam teori belajar sosial, proses kognitif memegang peranan penting. Kemampuan seseorang untuk membuat kode, menyimpan pengalaman-pengalaman dalam bentuk lambang yang membayangakan konsekuensi-konsekuensi yang bakal terjadi penting sekali untuk memperoleh dan mengubah tingkah laku.
Pemrosesan kognitif terhadap peristiwa–peristiwa yang mungkin terjadi menjembatani jurang antara tingkah laku dan hasil tingkah laku. Proses kognitif memiliki empat macam komponen, yaitu : perhatian, retansi, reproduksi motorik dan motivasi. Perhatian dan retansi mengatur diperolehnya perbuatan-perbuatan yang diamati.berikutnya perbuatan-perbuatan tersebut diatur oleh mekanisme produksi motorik dan motivasi.

1) Perhatian
Menurut Bandura, perhatian itu penting karena tingkah laku-tinkah laku yang baru tidak dapat diperoleh kecuali kalau diperhatikan dan di persepsi secara tepat.perhatian ini dipengaruhi beberapa faktor, antara lain karakteristikmodel,karakteristik dan nialai fungsional tingkah laku yang diamati ditentukan oleh reinforcement dari tinkah laku. Tingkah laku yang mempengaruhi perhatian ialah kompleksitas dan relefansi.
Relevansi menunjuk pada arti dan pentingnya tingkah laku yang diamati bagi orang yang mengamatinya. Di antara karakteristik orang yang mengamati ysng mempengaruhi perhatian adalah persepsi ketrampilan mengamati, taraf terbangkitnya emosi,perilaku yang lampau dan kemampuan indrawi. Taraf terbangkitnya emosi dan persepsi mempengaruhi dipilihnya hal-hal yang akan diamat, sedangkan ketrampilan mengamati mempengaruhi ketepatan pemrosesan.

2) Retensi
Retensi berkaitan dengan pengkodean tingkah laku menjadi kode fisual atau kode verbal dan penyimpanannya di dalam ingatan. pentingnya proses ini adalah bahwa orang yangbelajar tidak dapat memperoleh manfaat dari tingkahlaku-tingkah laku yang diamatinya terkecuali kalau tingkah laku itu dikode dan disimpan di dalam ingatan untuk kelak digunakan pada waktu yang lain.
Satu proses retansi yang penting ialahlatiahn atau praktak yang diulang –ulang.proses retansi juga dipengaruhi oleh taraf perkembangan seseorang.
3). Reproduksi Motorik
Setelah memperoleh kode simbolik,dilakukannya tingkah laku - tingkah laku yang diperoleh itu bergantung pada reproduksi motorik dan motivasi seseorang. reproduksi motorik ialah memilih dan menyusun respons-respons pada taraf kognitif, diikuti dengan tindak perbuatan.

4) Motivasi
Belajar melalui pengamatan menjadi efektif apabila pelajar memiliki motivasi yang tinggi untuk dapat melakukan tingkah laku modelnya. Observasi mungkin memudahkan orang untuk menguasai tingkah laku tertentu, tetapi kalau motivasi untuk itu tidak ada, maka tidak akan terjadi proses belajar. Selain itu juga, harus ada penguatan dalam motivasi, misalnya motivasi banyak ditentukan oleh kesesuaian antara karakteristik pribadi pengamat dengan karakteristik modelnya. Ciri-ciri model seperti usia, status sosial, seks, keramahan, dan kemampuan penting dalam menentukan tingkat imitasi. Anak lebih senang meniru model seusianya daripada model dewasa. Anak juga cenderung meniru model yang standar prestasinya dalam jangkauannya, alih-alih model yang standarnya di luar jangkauannya. Anak yang sangat dependen cenderung mengimitasi model yang dependennya lebih ringan. Imitasi juga dipengaruhi oleh interaksi antara ciri model dengan observernya. Anak cenderung mengimitasi orang tuanya yang hangat dan terbuka, gadis lebih mengimitasi ibunya.

Namun, penguasaan skill dan pengetahuan yang kompleks tidak hanya bergantung pada proses perhatian, retensi, motor reproduksi dan motivasi saja. Tetapi juga sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berasal dari diri pembelajar sendiri yakni “sense of self Efficacy” dan “self – regulatory system”.
 Efikasi Diri (Self Effication)
Bagaimana orang bertingkah laku dalam situasi tertentu tergantung kepada resiprokal antara lingkungan dengan kondisi kognitif, khususnya faktor kognitif yang berhubungan dengan keyakinannya bahwa dia mampu atau tidak mampu melakukan tindakan yang memuaskan. Bandura menyebut keyakinan atau harapan diri ini sebagai efikasi diri, dan harapan hasilnya disebut ekspektasi hasil.
1. Efikasi Diri atau efikasi ekspektasi (self effication – efficacy expectation)
Efikasi diri adalah persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu. Efikasi diri berhubungan dengan keyakinan bahwa diri memiliki kemampuan melakukan tindakan yang diharapkan.
2. Ekspektasi Hasil (outcome expectations)
Perkiraan atau estimasi diri bahwa tingkah laku yang dilakukan diri itu akan mencapai hasil tertentu. Efikasi adalah penilaian diri, apakah dapat melakukan tindakan yang baik atau buruk, tepat atau salah, bisa atau tidak bisa mengerjakan sesuai dengan yang dipersyaratkan. Efikasi ini berbeda dengan aspirasi (cita-cita), karena cita-cita menggambarkan sesuatu yang ideal yang seharusnya dicapai, sedang efikasi menggambarkan penilaian kemampuan diri. Orang dapat memiliki ekspektasi hasil yang realistik (apa yang diharapkan sesuai dengan kenyataan), atau sebaliknya ekspektasi hasilnya tidak realistik (mengharap terlalu tinggi dari hasil nyata yang dapat dicapai).

 Sumber Efikasi Diri
Perubahan tingkah laku dalam sistem Bandura kuncinya adalah perubahan ekspektasi efikasi (efikasi diri). Efikasi diri atau keyakinan kebiasaan diri itu dapat diperoleh, diubah, ditingkatkan atau diturunkan melalui salah satu atau kombinasi empat sumber, yakni pengalaman menguasai sesuatu prestasi (performance accomplishment), pengalaman vikarius (vicarious experience), persuasi sosial (social persuation) dan pembangkitan emosi (emotional / psycholoical states).

a. Pengalaman Performansi
Adalah prestasi yang pernah dicapai pada massa yang telah lalu. Sebagai sumber, performansi masa lalu menjadi pengubah efikasi diri yang paling kuat pengaruhnya. Prestasi (masa lalu) yang bagus akan meningkatkan ekspektasi efikasi, sedangkan kegagalan akan menurunkan efikasi. Mencapai keberhasilan akan memberi dampak efikasi yang berbeda-beda, tergantung proses pencapaiannya:
1) Semakin sulit tugasnya, keberhasilan akan membuat efikasi semakin tinggi.
2) Kerja sendiri, lebih meningkatkan efikasi dibanding kerja kelompok, dibantu orang lain.
3) Kegagalan menurunkan efikasi, kalau orang merasa sudah berusaha sebaik mungkin.
4) Kegagalan dalam suasana emosional/stress, dampaknya tidak seburuk kalau kondisinya optimal.
5) Kegagalan sesudah orang memiliki keyakinan efikasi yang kuat, dampaknya tidak seburuk kalau kegagalan itu terjadi pada orang yang keyakinan efikasinya belum kuat.
6) Orang yang biasa berhasil, sesekali gagal tidak mempengaruhi efikasi.

b. Pengalaman Vikarius
Diperoleh melalui model sosial. Efikasi akan meningkat ketika mengamati keberhasilan orang lain, sebaliknya efikasi akan menurun jika mengamati orang yang kemampuannya kira-kira sama dengan dirinya ternyata gagal. Kalau figur yang diamati berbeda dengan diri si pengamat, pengaruh vikarius tidak besar. Sebaliknya ketika mengamati kegagalan figur yang setara dengan dirinya, bisa jadi orang tidak mau mengerjakan apa yang pernah gagal dikerjakan figur yang diamatinya itu dalam jangka waktu yang lama.


c. Persuasi Sosial
Efikasi diri juga dapat diperoleh, diperkuat atau dilemahkan melalaui persuasi sosial. Dampak dari sumber ini terbatas, tetapi pada kondisi yang tepat persuasi dari orang kain dapat mempengaruhi efikasi diri. Kondisi itu adalah rasa percaya kepada pemberi persuasi dan sifat realistik dari apa yang dipersuasikan.

d. Keadaan Emosi
Keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan mempengaruhi efikasi di bidang kegiatan itu. Emosi yang kuat, takut, cemas, stress, dapat mengurangi efikasi diri. Namun bisa terjadi, peningkatan emosi (yang tidak berlebihan dapat meningktakan efikasi diri).

 Efikasi Diri Sebagai Prediktor Tingkah Laku
Menurut Bandura, sumber pengontrol tingkah laku adalah resiprokal antara lingkungan, tingkah laku, dan pribadi. Efikasi diri merupakan variabel pribadi yang penting, yang kalau digabung dengan tujuan-tujuan spesifik dan pemahaman mengenai prestasi, akan menjadi pennetu tingkah laku mendatang yang penting, revikasi diri bersifat pragmental. Setiap individu mempunyai efikasi diri yang berbeda-beda pada situasi yang berbeda, tergantung pada:
a. Kemampuan yang dirtuntut oleh situasi yang berbeda itu
b. Kehadiran orang lain, khususnya saingan dalam situasi itu.
c. Keadaan fisiologis dan emosional; kelelahan, kecemasan, apatis, murung.
Efikasi yang Tinggi atau rendah, dikombinasikan dengan lingkungan yang responsif atau tidak responsif, akan menghasilkan empat kemungkinan prediksi tingkah laku.

Kombinasi Efikasi dengan Lingkungan sebagai Prediktor Tingkah Laku
Efikasi Lingkungan Prediksi hasil tingkah laku
Tinggi Responsif Sukses, melaksanakan tugas yang sesuai dengan kemampuannya.
Rendah Tidak responsif Depresi, melihat orang lain sukses pada tugas yang dianggapnya sulit.
Tinggi Tidak responsif Berusaha keras mengubah lingkungan menjadi responsif, melakukan protes, aktivitas sosial, bahkan memaksakan perubahan.
Rendah Responsif Orang menjadi apatis, pasrah, merasa tidak mampu.

 Efikasi Kolektif
Keyakinan masyarakat bahwa usaha mereka secara bersama-sama dapat menghasilkan perubahan sosial tertentu, disebut efikasi kolektif. Ini buka jiwa kelompok tetapi lebih sebagai efikasi pribadi dari banyak orang yang bekerja bersama. Bandura berpendapat, orang berusaha mengontrol kehidupan dirinya bukan hanya melalui efikasi diri individual, tetapi juga melalui efikasi kolektif. Misalnya, dalam bidang kesehatan, orang memiliki efikasi diri yang tinggi untuk berhenti merokok atau melakukan diet, tetapi mungkin memiliki efikasi kolektif yang rendah dalam hal mengurangi polusi lingkungan, bahaya tempat kerja dan penyakit infeksi. Efikasi diri dan efikasi kolektif bersama-sama saling melengkapi untuk mengubah gaya hidup manusia. Efikasi kolektif timbul berkaitan dengan masalah-masalah perusakan hutan, kebijakan perdagangan internasional, perusakan ozon, kemajuan teknologi, hukum dan kejahatn, birorasi, perang, kelaparan, bencana alam, dan sebagainya.


D. Aplikasi Teori Belajar Sosial
Beberapa waktu ini kita, sering dihebohkan dengan berita kekerasan pada remaja. Baik dalam organisasi formal, maupun non formal. Misalnya dalam ospek,kemahasiswaan, ataupun dalam geng-geng putri sering terjadi kekerasan/agresi. Kekerasan/agresi pada remaja ini merupakan hasil aplikasi dari teori belajar social dimana jika pelaku kekerasan sebelumnya pernah mengalami tindakan kekerasan yang serupa maka akan ada kemungkinan akan melakukan hal yang sama pula pada orang lain, termasuk orang-orang terdekatnya misalnya dalam hal ini adik angkatnya atau teman segeng-nya.
Menurut analisis teori Bandura proses pembelajaran tentang perilaku kekerasan akan semakin dikuatkan apabila kita sadar dan memahami keuntungan-keuntungan yang didapat dari perilaku kekerasan tersebut. Selain itu, agresi/kekerasan diperoleh melalui pengamatan, pangalaman langsung dengan reinforcement positif dan negatif, latihan atau perintah, dan keyakinan yang ganjil. Agresi/kekerasan yang ekstrim menjadi disfungsi atau salahsuai psikologis. Dari penelitian yang dilakukan Bandura, observasi terhadap perilaku kekerasan/agresi akan menghasilkan respon peniruan yang berlebih. Pengamat akan bertingkah laku lebih agresif dibanding modelnya.










BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Bandura (1977) menghipotesiskan bahwa baik tingkah laku (B), lingkungan (E) dan kejadian-kejadian internal pada pembelajar yang mempengaruhi persepsi dan aksi (P) adalah merupakan hubungan yang saling berpengaruh (interlocking), Hubungan antara lingkungan, tingkah laku dan kejadian-kejadian internal itu sering kali bersifat kompleks.
Dalam situasi alami, orang belajar tingkah laku-tingkah laku baru dengan jalan mengamati model model tingkah laku orang lain dan melalui efek-efek perbuatannya sendiri. Proses kognitif menyerap informasi dari bermacam-macam tingkah laku yang diamati. informasi ini kemudian disimpan dalam ingatan yang mungkin kemudian akan diujudkan dalam tingkah laku. Sehubungan dengan itu komponen belajar dapat di bedakan menjadi tiga macam, yaitu : model tingkah laku, akibat-akibat tingkah laku dan proses kognitif.
Namun, dalam penguasaan skill dan pengetahuan yang kompleks dip roses kognitif, tidak hanya bergantung pada proses perhatian, retensi, motor reproduksi dan motivasi saja. Tetapi juga sangat dipengaruhi oleh unsur-unsur yang berasal dari diri pembelajar sendiri yakni “sense of self Efficacy” dan “self – regulatory system”.
Aplikasi dari teori Bandura ini, dikehidupan sehari-hari, misalnya kekerasan atau agresifitas yang ada di kalangan remaja putri atau dikalangan mahasiswa yang sedang ospek.