Monday, November 9, 2009

makalah self kontrol

BAB I
PENDAHULUAN

Tiap orang memerlukan kebebasan untuk menjadi kreatif dan mengaktualisasi diri. Di sisi lain, kendali dari dalam diri diperlukan sebagai regulasi atas dorongan dan kemampuan yangdimiliki, baik secara fisik, psikis, maupun perilaku.
Bertindak tanpa pikir panjang merupakan ciri khas yang melekat pada anak-anak. Mereka bertindak spontan. Bila sakit mereka akan menangis di mana saja, kapan saja, dan dalam situasi apa saja. Bila gembira, anak yang sehat akan berlarian, mencoret-coret, berteriak-teriak girang, atau melakukan apa pun yang ia inginkan.
Bayangkan bila perilaku semacam ini dilakukan oleh remaja atau orang dewasa. Tentu saja cukup aneh. Kita akan merasa sangat terganggu bila menemukan seseorang yang bukan lagi anak-anak bertindak sesuka hati, membiarkan dorongan-dorongan atau keinginan yang bersifat egoistis termanifestasi begitu saja.
Semakin bertambah usia seseorang, ia diharapkan semakin memiliki kendali atas perilakunya sendiri. Dengan kata lain, semakin mengembangkan kemampuannya mengontrol diri.
Walter miscell adalah seorang psikolog kepribadian. Ia lahir pada tahun 193 di Vienna, Austria. Ia pergi meninnggalkan Vienna dengan keluarganya ke U.S. setelah nazi mengambil alih ada tahun 1938. setelah beberapa perjalanan, ia tumbuh dan berkembang di Brooklyn N.Y. dan menjadi psikolog spesialis kepribadian dan psikolog sosial. Ia belajar di bawah bimbingan George Kelly dan Julian Rotter, dan menerima gelar P.Hd-nya di bidang psikologi klinis dari Universitars Ohio tahun 1956. Ia menjadi Profesor di Universitas Colombia sejak 1973. Sebelumnya ia telah menjadi profesor di Stanfti ord University.
Miscell terkenal dengan penelitian jangka panjangnya tentang ” the marshmallow test ” yang menunjukkan pentingnya kontrol rangsangan, emosional dan kesuksesan sosial. Tahun 1960-an preschool di kampus Stanford University, Miscell meletakkan marshmallow di bagian depan sebuah ruangan (kelas) anak usia empat tahun. Dia mengatakan kepada mereka bahwa mereka akan mendapat satu marshmallow sekarang, tapi jika mereka dapat menunggu beberapa menit, mereka akan mendapatkan dua marshmallow. Beberapa anak antusias merampas sebuah marshmallow dan memakannya. Yang lainnya menuggu, beberapa menutup mata mereka karena diperintah untuk tidak melihat sesuatu yang menggoda, dan satu anak menjilat mengelilingi meja marsmallow. Miscell mengikuti kelompok tersebut dan menemukan bahwa 14 tahun kemudian kelompok tersebut memiliki harga diri rendah dan dilihat oleh orang lain seperti orang yang keras kepala, iri hati, dan mudah frustasi. Para penunggu bersikap lebih baik, cakap dalam bersosial, dan percaya diri, jujur, dapat diandalkan, dan lebih sukses dalam akademik. Kelompok ini memiliki skor sekitar 210 poin lebih tinggi pada SAT mereka. Diantara psikolog, ia mungkin yang paling terkenal untuk bidangnya yang mendeklarasikan bahwa kepribadian terlalu bervariasi melalui situasi yang ditunjukkan sebagai kandungan dari sifat yang berkelanjutan secara situasional dan kemungkinan lebih dipengaruhi oleh faktor situasional daripada secara tradisional yang telah diapresiasikan. Pandangan ini populer dengan nama situasionisme, meskipun buku utama pertama Miscell, Personality and Assessment (1968) pada kenyataannya tidak pernah menggunakan kata situasionisme dan dalam penulisan berikutnya Miscell memunculkan treat pada masa ini sebagai pejorative. Akhir-akhir ini, dia mengklarifikasi bahwa ia mempercayai bahwa traits yang tersisa masih stabil sepanjang waktu.
Tahun 1968, Miscell mempublikasikan sebuah ppaper yang berargumen bahwa perilaku seseorang sangat bervariasi melalui situasi dimana hal itu tidak membuat sensasi mengenai kepribbadian dan stabilitas kepribadian dalam teori trait yang tidak terbatas, seperti five factor model. Ia berbicara bahwa seorang observer tidak dapat memprediiksikan apa yang dipikirkan individu, yang dirasakan dan sedang dilakuakn berdasarkan pengukuran trait sebelumnya. Seperti contoh, seorang yang mungkin diam dan menyendiri dalam situasi kerja, tapi mmenjadi konversasional dan ramah dalam sebuah pertemuan dengan temannya.







BAB II
ISI

Pengertian Self Control/Kontrol Diri
Kendali/kontrol diri (self-control) adalah pengaruh atau atau regulasi seseorang terhadap fisik, perilaku, dan proses-proses psikologisnya (Calhoun & Acocella, 1990).
Selain itu pengertian self control yang dikemukakan oleh J.P Chaplin yaitu, kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri; kemampuan untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsive (mencirikan kegiatan untuk terlibat dalam suatu kegiatan tanpa refleksi/ tanpa berpikir secukupnya atau yang tidak dapat ditahan-tahan, tidak dapat ditekan).

Peran Self Control
Self control/ kontrol diri merupakan hal yang sangat penting dalam hidup seseorang. Mengapa?
1. kontrol diri berperan dalam hubungan seseorang dengan orang lain. Hal ini tidak lepas dari kenyataan bahwa kita tidak hidup sendirian, melainkan di dalam kelompok, di dalam masyarakat. Padahal, kita memiliki kebutuhan pribadi seperti makanan, minuman, kehangatan, dan sebagainya. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut kita perlu mengendalikan diri sedemikian rupa, supaya tidak mengganggu orang lain.
2. kontrol diri berperan dalam pencapaian tujuan pribadi. Setiap orang, dari budaya mana pun, selalu berharap mencapai tujuan tertentu dalam hidupnya. Contohnya, tujuan untuk memiliki kompetensi tertentu, mencapai kematangan pribadi, dan sebagainya, sesuai dengan standar yang ada dalam masyarakat.
Dalam rangka mencapai tujuan tersebut kita perlu belajar dan berusaha terus-menerus, dan mengendalikan diri dengan menunda pemuasan kebutuhan-kebutuhan sesaat demi mencapai tujuan jangka panjang.
Dengan mengembangkan kemampuan mengendalikan diri sebaik-baiknya, kita akan menjadi pribadi yang efektif, sehingga dapat secara konsisten merasa bahagia, bebas dari rasa bersalah, hidup lebih konstruktif, dapat menerima diri sendiri, dan juga diterima oleh masyarakat.

Kontrol Internal dan Eksternal
Semakin bertambah usia, seseorang diharapkan untuk semakin mengembangkan kemampuan mengendalikan perilakunya. Dari mana sumber kontrol perilaku seseorang? Sumbernya dapat dibedakan menjadi dua: faktor di dalam dan di luar diri seseorang.
Kontrol perilaku yang bersumber dari dalam diri biasanya disebut sebagai kontrol internal, dan yang bersumber dari luar diri disebut kontrol eksternal. Dalam kontrol diri (internal), individu mengatur perilaku dan standar kinerjanya sendiri; memberi ganjaran bagi dirinya sendiri bila berhasil mencapai tujuan; dan menghukum dirinya sendiri bila tidak berhasil mencapai tujuan.
Di sisi lain, dalam kontrol eksternal, individu menempatkan orang lain sebagai penentu (yang menjadi penyebab) perilaku, standar kinerja, dan ganjaran-ganjaran yang diperolehnya.
Dari dua jenis kontrol perilaku tersebut, kontrol pribadi (internal) dinilai lebih berharga. Sepanjang kita menggantungkan diri pada kontrol eksternal, kehidupan kita sebagian besar ditentukan oleh orang lain. Sebaliknya, dengan mengembangkan kontrol diri (internal) berarti kita mengendalikan dua hal: diri sendiri dan dunia sekitar kita.

Problem Pengendalian Diri
Seperti telah dijelaskan di atas, kontrol diri yang berkembang dengan baik akan memberikan banyak keuntungan bagi seseorang. Namun, dalam kenyataan, tidak semua kita mampu melakukan pengendalian diri secara konsisten.
Kemampuan pengendalian diri kita bervariasi. Ada orang yang sering terlalu banyak minum (hingga mabuk), yang lain terlalu banyak makan, yang lain lagi mudah kehilangan kontrol emosi, cenderung menunda pekerjaan, dan sebagainya. Bagaimana hal ini dapat terjadi?
Seperti halnya kontrol diri yang kuat, kontrol diri yang lemah juga berkembang melalui proses belajar. Contohnya, seorang remaja yang tetap impulsif, yakni selalu marah bila keinginannya tak terpenuhi, kemungkinan menjadi demikian karena sejak kecil orangtuanya selalu menuruti segala permintaan (berfungsi sebagai ganjaran) setiap kali anaknya itu merengek meminta sesuatu, terlebih-lebih bila anaknya mulai marah.
Ketika pola ganjaran semacam ini terjadi berulang-ulang, berarti si anak mengalami proses pembelajaran bahwa permintaannya pasti terpenuhi bila disertai marah. Selanjutnya ia mengembangkan pola perilaku marah setiap kali permintaannya belum terpenuhi.
Seseorang yang memiliki kebiasaan menunda pekerjaan, mungkin menjadi demikian karena sejak kecil terbiasa bekerja dalam tekanan orangtua (berfungsi sebagai hukuman). Dalam situasi demikian ia termotivasi melakukan tugas hanya untuk menghindari hukuman. Akibatnya, dalam situasi tanpa adanya tekanan, ia cenderung bermalas-malasan.

Penelitian Mendalam Terhadap Teknik Kontrol Diri dari Skinner
Di dalam buku Science and Human Behavior, B.F.Skinner mengadakan penelitian survey mengenai sembilan kategori metode kontrol diri, yaitu sebagai berikut:
 Pengendalian dan Pertolongan Diri (Physical Restraint and Physical Aid)
Manipulasi lingkungan untuk menciptakan beberapa respon lebih mudah untuk dilakukan secara fisik, dan yang lainnnya lebih sukar untuk dilakukan pada prinsip ini. Contohnya adalah seseorang yang menepuk tangannya ke mulut atau menyembunyikan tangan ke dalam saku untuk mencegah kecemasannya, dll. Hal tersebut menunjukkan metode fisik yang dilakukan untuk menutupi perilakunya.

 Merubah stimulus (Changing the stimulus)
Memanipulasi kesempatan untuk berperilaku dapat diubah dengan baik. Contohnya adalah seseorang yang melepaskan distraksi (kondisi mengalihkan perhatian seseorang dengan satu perangsang yang tidak berhubungan atau yang asing) yang menyebabkan tindakan yang tidak menyenangkan.

 Deprivasi dan Satiasi (Deprivating and Satiating)
Individu dapat memanipulasi perilakunya dengan cara mengafeksikan keadaan dari deprivasi atau satiasinya. Contohnya dalam kehidupan sehari-hari adalah seseorang yang memakan snack sehat agar di waktu yang akan datang ia tidak memakan ‘junk food’. Hal tersebut dilakukan agar godaan untuk memakan ‘junk food’ dapat dikurangi.

 Memanipulasi kondisi emosional (Manipulating emotional conditions)
Contoh dari memanipulasi kondisi emosional adalah seseorang yang bepergian untuk mencari suasana baru. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan stimulus yamg dapat merangsang respon emosional.

 Menggunakan stimulasi aversif (Using aversive stimulation)
Contohnya adalah seorang pelajar yang menyetel alarm agar nanti ia bisa bangun pagi. Hal tersebut merupakan bagian dari aversive control (pengkondisian penghindaran atau pelarian yang diperoleh melalui pemberian penguatan negatif).

 Drugs
Penggunaan self-administered drugs ini memperbolehkan individu untuk menstimulasi perubahan di dalam sejarah kondisioningnya.

 Operant Conditioning
Penggunaan token economy atau metode-metode dan teknik-teknik unik lainnya untuk operant conditioning dapat terkesan sebagai bentuk khusus dari kontrol diri (self-control).
Bagaimana memulai Ekonomi Token ? Apabila anda merasa perlu
menerapkannya, perhatikan langkah-langkah sebagai berikut;
1. langkah pertama adalah; mengenali dengan jelas tingkah laku yang akan diubah dengan ekonomi token. Ekonomi token dengan sukses mempengaruhi akademik, perilaku sosial dan kemampuan di dalam kelas. Definisikan perilaku tersebut secara spesifik, dapat diamati (observable) dan terukur supaya dapat menjaga konsistensi dalam implementasinya.
2. Memulai Token
a.Pilih jenis token yang akan dipakai.
Banyak benda yang dapat di pakai sebagai token. kita dapat menggunakan uang mainan, kelereng, kacang, kancing, sticker dan berbagai benda lain. Apabila anda menghadapi anak yang lebih kecil perhatikan keamanan token supaya tidak tidak terjadi anak menelan token atau memasukan dalam hidung atau telinga, maka anda perlu menggunakan objek yang dapat ditempel seperti stiker atau kertas lem. Yang perlu diingat dalam memilih token yaitu mudah untuk dihitung, sulit untuk dipalsukan dan aman untuk digunakan.
b.Pilih Penguat/Hadiah yang ditukar dengan token (reinforcer).
Kemudian kita dapat memilih hadiah yang dapat ditukar dengan token yang telah dkumpulkan. Hadiah ini tidak perlu mahal, uang saku tambahan mungkin atau bisa digunakan adalah waktu santai/ istimewa (privilage). Misalnya dengan memberikan atau membuatkan makanan kesukaan atau boleh menonton acara kesukaan di tivi.
c.Hitung berapa nilai token untuk suatu perilaku.
Kemudian anda perlu mengatur berapa nilai token untuk suatu perilaku yang diinginkan. Misalnya saja apabila di kelas yaitu tidak terlambat berharga 1 token, mengangkat tangan sebelum bertanya bernilai 1 token, atau mengerjakan PR bernilai 2 token, dapat mengerjakan semua soal bernilai 5 token. Apabila untuk orang tua di rumah misalnya membantu membuang sampah bernilai 2 token, membereskan tempat tidur bernilai 3 Token. Anda dapat pula menerapkan apabila murid/ anak menunjukan perilaku yang negatif anda dapat mengambil sejumlah / sebagian token sebagai bentuk punishment. Namun anda harus memperhatikan perilaku apa yang jelas untuk dijadikan patokan sebagai hukuman.
d.Berapa harga untuk hadiah yang akan ditukar dengan token.
Anda juga perlu mengatur berapa harga hadiah yang dapat ditukar dengan jumlah token. misalnya saja 100 token dapat ditukar dengan uang saku tambahan sejumlah Rp. 5000, menonton tivi kesukaan senilai 10 token, main game di komputer 10 token. anda perlu mengatur dan menjaga konsistensinya.
e.Buatlah bank Token.
Anda perlu mengorganisasikan token untuk anak didik atau anak-anak anda. Anda perlu mencatat atau mengorganisasikannya sehingga teratur, oleh karena itu anda membutuhkan Bank Token. Bank Token dapat berbentuk Toples untuk token yang berupa kancing, kelereng, atau hal lain yang tidak dapat ditempel. Bisa pula berupa papan/ kertas yang dapat ditempel bisa pula papan tulis sehingga dapat leluasa mengganti jumlah token. supaya menghindari kecurangan dari anak didik bank token perlu ditempatkan di tempat yang dapat terlihat oleh semua anak.
f.Tentukan kapan waktu kapan menukar tokennya.
Menentukan kapan waktu untuk menukar token yang sudah dikumpulkan anak-anak. Anda perlu membuat kesepakatan dengan anak-anak kapan mereka dapat menukarkan token secara berkala.
Bagaimana Mengimplementasikan Program Ekonomi Token?
a. Jelaskan program ini.
Pertama untuk dilakukan adalah anda harus menjelaskan bagaimana program ini akan berkerja, seluruh aspek ekonomi token akan anda jelaskan. Penting anda menjelaskan bagaimana dan kapan program ini akan memberikan dampak positif. Jelaskan pula mana ekonomi token yang akan dilakukan setiap hari dan mana ekonomi token yang berlaku pada waktu yang insidentil atau diperlukan. Hal ini akan memerlukan diskusi yang intens dan hati-hati, perlu juga dilakukan roleplaying untuk mendemonstrasikan program ini. Apabila anda seorang guru sangat baik apabila orang tua murid mengetahui bagaimana program ini. Karena dukungan orang tua akan sangat mempengaruhi sistem ini bekerja.
b.Berikan Token beserta pujian.
Saat mengimplementasikan ekonomi token, pujian harus selalu menyertai untuk perilaku positif yang diinginkan. Saat anak menunjukan perilaku yang diinginkan, Token dan pujian harus diberikan dengan cepat dan tidak boleh ditunda.
c.Kurangi Token dan pertahankan Pujian.
Untuk perilaku baru yang positif token hendaknya diberikan, dengan dasar keterlanjutan. Token dikurangi apabila perilaku tersebut sudah mulai dimiliki oleh anak, namun pujian tetap diberikan sebagai penguatan apabila anak menunjukan perilaku yang benar. Token tetap diberikan untuk perilaku-perilaku baru yang harus dikuasai oleh anak. Hal ini dilakukan supaya anak tidak tergantung pada token sehingga anak dapat belajar pada kehidupan sosial sebenarnya.
d.Buat Penyesuaian yang dibutuhkan.
Untuk menjaga morivasi dan ketertarikan anak sesuaikan harga untuk hadiah yang akan ditukar dengan token, dan sesuaikan target tingkat kesulitan perilakuan. Hal ini perlu dilakukan supaya anak tertantang untuk terlibat dalam ekonomi token. apabila perilaku terlalu mudah atau terlalu sulit maka anak akan tidak termotivasi untuk terlibat aktif dalam program ekonomi token. Anda harus membuat keseimbangan di dalam program token sehingga sesuai dengan kemampuan, ketertarikan, dan motivasi anak-anak.

Beberapa Variasi Teknik
Ekonomi token dapat dimodifikasi atau diperbaiki dengan berbagai variasi yang diperlukan. Beberapa variasi yang dapat ditambahkan yaitu;
1. Memperbolehkan anak menikmati hadiah (reinforcers) bersama teman sebayanya.
2. pengelolaan program token ekonomi oleh anak-anak/murid
3. Kombinasikan program ekonomi token dengan program level kelas. Semakin tinggi kelas maka token, tingkat kesulitan perilaku, dan pengelolaan dapat dikombinasikan dengan level pembinaan dan pendidikannya.
4. kombinasikan dengan kelompok yang berbeda.
Anda dapat memodifikasi teknik ini sesuai dengan kebutuhan di lapangan.
Token ini membutuhkan ketekunan dan kesabaran, ekonomi token membutuhkan waktu untuk dapat memberikan hasil yang diinginkan. Keterampilan mengelola ekonomi akan terasah dengan baik seiring dengan waktu dan keseriusan dari pelaksanan program.
Namun yang pasti adalah sediakan waktu yang cukup bersama anak anda. Program ini menuntut anda lebih dekat dengan anak/murid anda, program ini tidak akan berjalan tanpa adanya komunikasi yang baik antara guru/orang tua dengan murid/anak.

 Punishment
Self-punishment dari berbagai respon akan masuk ke dalam penyusunan kesatuan punishment dalam respon-respon yang tidak menyenangkan. Hal ini bisa dilihat pada perilaku menghukum dirinya sendiri yang terjadi pada biarawati atau orang-orang religius lainnya. Hal ini juga tentu saja berbeda dengan stimulasi aversif, sebagai contoh, jam alarm menyebabkan seseorang pergi dari alarmnya, sementara itu self-punishment menimbulkan stimulasi untuk mengurangi kemungkinan perilaku yang sama terjadi di masa yang akan datang.
Punishment (hukuman) lebih seperti konformitas daripada kontrol diri karena disana membutuhkan dorongan internal (internal drives), bukan sumber eksternal dari punishment (external source of punishment) yang membuat individu ingin melakukan sesuatu. Disana terdapat external locus of control yang mirip dengan determinisme (determinism), dan ada internal locus of control yang mirip dengan free will (kemauan bebas). Determinisme merupakan doktrin yang menyatakan bahwa setiap dampak pasti ada sebabnya, artinya semua bentuk tingkah laku merupakan satu fungsi dari faktor-faktor penyebab baik yang terdapat di tengah lingkungan individu maupun yang ada di dalam dirinya sendiri. Sedangkan lawan dari determinisme adalah kemauan bebas (freewill), yaitu doktrin yang menyatakan bahwa tingkah laku itu pada akhirnya diatur oleh kemauan tanpa menghiraukan pengaruh eksternal. Dengan mempelajari system of punishment, individu tidak membuat keputusan mereka berdasarkan apa yang mereka inginkan, melainkan berdasarkan pada faktor eksternal. Ketika seseorang menggunakan negative reinforcement kemungkinan ia akan mempengaruhi keputusan internal mereka dan mengizinkan mereka untuk membuat pilihannya sendiri dimana dengan punishment individu akan membuat keputusan mereka berdasarkan konsekuensi dan tidak mengunakan self control (kontrol diri). Cara terbaik untuk mempelajari kontrol diri adalah dengan free will dimana orang dapat merasa bahwa mereka sedang membuat pilihan-pilihannya sendiri.

 Melakukan sesuatu/hal yang lain.
Ketika diri kita sedang dipenuhi dengan kemarahan atau kebencian, kita harus mengontrol diri kita sendiri atau sesuatu yang lebih spesifik yang bertentangan dengan respon kita.

 Environment and Schooling
Lingkungan memaninkan peran yang penting/signifikan bagi perkembangan self control pada anak. Seperti kita ketahui bahwa ada hubungan yang positif antara usia dengan kontrol diri. Sebagai contoh, di sekolah anak-anak diajari bahwa mereka tidak dapat memiliki mainan apapun yang mereka inginkan, dan mereka pun harus berbagi mainan dengan yang lainnya. Mereka juga harus bertanya dengan sopan mengenai apapun yang mereka inginkan dan mereka tidak boleh memukul teman yang lainnya untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkannya. Selain itu, mereka juga tidak boleh main dimanapun. Mereka diajari bahwa jika mereka belajar dengan keras di kelasnya, maka mereka bisa mendapat izin untuk istirahat atau main. Hal tersebut dilakukan untuk mengajari anak agar menunda kepuasannya dan cara ini sangat efektif digunakan pada anak. Keluarga juga memiliki peran yang sangat penting, terutama orang tua dan saudara kandung, orang tua mengajar anak-anaknya tentang kontrol diri. Sebagai contoh, keluarga mengajarkan anggota keluarganya mengenai kontrol diri dalam menonton televisi dan apa yang akan dihasilkan dari menonton aksi-aksi di televisi.

Pengertian Self Management/Manajemen Diri



BAB III
KESIMPULAN

Kendali/kontrol diri (self-control) adalah kemampuan untuk membimbing tingkah laku sendiri; kemampuan untuk menekan atau merintangi impuls-impuls atau tingkah laku impulsive (mencirikan kegiatan untuk terlibat dalam suatu kegiatan tanpa refleksi/ tanpa berpikir secukupnya atau yang tidak dapat ditahan-tahan, tidak dapat ditekan). Kontrol diri berperan dalam hubungan seseorang dengan orang lain, selain itu kontrol diri berperan dalam pencapaian tujuan pribadi. Sumber kontrol diri individu dapat dibedakan menjadi dua: faktor di dalam dan di luar diri seseorang. B.F.Skinner mengadakan penelitian survey mengenai sembilan kategori metode kontrol diri, yaitu Pengendalian dan Pertolongan Diri (Physical Restraint and Physical Aid), merubah stimulus (Changing the stimulus), Deprivasi dan Satiasi (Deprivating and Satiating), Memanipulasi kondisi emosional (Manipulating emotional conditions), menggunakan stimulasi aversif (Using aversive stimulation), Drugs,Operant Conditioning, Punishment, Melakukan sesuatu/hal yang lain, Environment and Schooling.