Saturday, March 6, 2010

PENGUKURAN GANGGUAN PRILAKU

Berikut adalah langkah-langkah yang di tempuh seorang psikolog dalam mengukur gangguan perilaku yang di hadapi klien-klien yang mereka hadapi. Seorang psikolog tidak bisa memfonis seseorang mengalami gannguan perilaku hanya dengan melihat atau memeriaksa begitu saja, tapi harus dengan prses dan cara sebagai berikut :

1.    Wawancara Klinis yang Terstruktur dan Tak terstruktur
Wawancara dapat dilakukan secara terstruktur, tak terstruktur, atau gabungan dari keduanya. Dalam wawancara secara terstruktur, pewancara dengan teliti mengikuti pertanyaan yang telah disiaplan dan jarang menyimpang dari rangkaian pertanyaan yang terstruktur. Kelebihan dari wawancara terstruktur adalah ahli klinis dapat mendapatkan sejumlah besar informasi dalam waktu yang singkat.

Berbeda dengan wawancara tak terstruktur, wawancara tak terstruktur tidak memakai beberapa pertanyaan khusus yang disiapkan dan memungkinkan pewawancara untuk mengarahkan klien. Kelebihan dari wawancara tak terstruktur adalah lebih terfokus pada masalah yang sedang dihadapi oleh klien. Tapi, wawancara tak terstruktur memiliki dua kekurangan, yaitu ahli klinis lupa menanyakan pertanyaan yang penting, dan ahli klinis tidak bisa mendapatkan data yang sebanding dari wawancara pertama ke wawancara selanjutnya.
Dalam membuat diagnosis, ahli klinis harus sensitif tidak hanya pada apa yang dikatakan klien dan bagaimana klien berkata, tetapi bagaimana hubungan klien dengan ahli klinis dapat mempengaruhi isi dari wawancara sendiri. Pewawancara dapat meneliti diagnosis tanpa harus menjelaskan kenapa klien memiliki masalah yang sedang mereka alami. Klien mengulanginya pada pewawancara yang berbeda, dan ahli klinis harusnya sadar bahwa umur, jenis kelamin, suku, cara berpikir, dan bahkan cara berpakaian dapat mempengaruhi hasil dari wawancara secara klinis. Tetapi ahli klinis harus sadar bahwa banyak budaya yang berbeda.

2.    Tes Psikologi
Beberapa ahli klinis menggunakan tes psikologi. Mereka yang menggunakannya harus bersumpah, dimana hampir semua ahli klinis yang tidak menggunakannya harus percaya bahwa tes tersebut tidak memberikan kegunaan informasi psikodiagnostik. Tes psikologis ini adalah tes kepribadian. Tes kepribadian itu bisa bersifat projektif atau bisa juga bersifat objektif. Selain itu, bisa juga menggunakan tes inteligensi untuk mengukur gangguan kognitif dan untuk meneliti pendekatan individu dalam menyelesaikan masalah. Tes neuropsikologis dan psikologis digunakan juga dalam rumusan diagnosis yang dapat digunakan dalam pengobatan dasar.

3.    Pengukuran Berdasarkan Aspek Biologis 
Pengukuran fungsi otak terdiri atas pengukuran fungsi refleks dan fungsi sensori. Misalkan dengan melakukan knee-jerk reflex (refleks lutut).
Pengukuran berdasarkan biologis mengindikasikan bahwa denyut jantung, tensi, aliran darah ke berbagai bagian tubuh, galvanic skin response (GSR), secara potensial menimbulkan serangkaian rekaman electroencephalograph yang meminimalisir interferensi secara elektrik, CAT (computerized axial tomography) dan PET (positron emission tomography) penelitian, dan pengukuran lain untuk menilai fungsi biologis. Petunjuk ini tidak secara umum digunakan dalam penilaian klinis. Ahli klinis telah menemukan bahwa PET meneliti orang dalam gangguan bipolar yang menunjukkan level yang lebih tinggi dalam metabolisme glukosa dalam cerebrum selama fase manic (ketika pasien hiperaktif, ekspansif, dan tak tahu malu) daripada selama fase depresif (ketika psien relatif tidak aktif dan merasa rendah).

4.    Observasi
Observasi adalah suatu aktivitas mengamati tingkah laku individu. Biasanya diakhiri dengan mencatat hal-hal yang dianggap penting sebagai penunjang informasi mengenai individu. Informasi yang diperoleh melalui observasi adalah informasi situasi sekarang.

Dalam mencatat data dapat menggunakan peralatan mekanik atau elektronik, seperti misalnya audiotape/videotape. Observer mencatat apakah tingkah laku pasien mental tampak aneh, kaku, rawan, atau apakah cara bicaranya lambat dan sebagainya. Observasi hampir seluruhnya tergabtung pada persepsi dan penilaian manusia, sehingga membuka kemungkinan untuk menjadi bias dan tidak tepat.